Kamis, 08 Januari 2009

Wajah PAngaLenGan TemPo Doeloe

nah Sekarang kita explore Perkebunan teh Malabar, perkebunan tertua di pangalengan, kemudian diikuti oleh perkebunan teh yang lainnya seperti Kertamanah, Pasir Malang, Poerbasari, Santosa, Talun dan Sedep.

Diprakarsai oleh oleh K.A.R Bosscha seorang sarjana teknik lulusan Universitas Delft di Belanda. Di danai oleh pamanya sendiri Edward Kerkhoven yang telah lebih dulu mengepalai perkebunan teh di daerah Assam India.

Tercatat sebelum perang dunia kedua, daerah Bandung Selatan merupakan penghasil komoditi penting dunia (Teh dan kina). Dari hasil perkebunan inilah seorang K.A.R Bosscha dapat menyumbang berbagai yayasan di Belanda, ikut mendanai ITB (Dulu Technologie Hogeschool), Societeit Concordia (Sekarang Gedung Merdeka di jalan Asia Afrika Bandung), Sekolah Luar Biasa Cicendo Bandung dan sebuah karya fenomenal Observaterium Peneropongan Bintang Boscha.

Ironis memang dengan keadaan sekarang, bisa anda lihat di perkebunan peninggalan orang Belanda itu. Sejak di nasionalisasi pada tahun 1950-an, saat ini Perkebunan teh Malabar dibawah koordniasa PTP Nusantara 8. Secara kasat mata tidak ada perubahan dan perkembangan yang signifikan. Jika dahulu Orang Belanda yang katanya “penjajah“, rajin menyumbang ke sana kemari, pengurus yang sekarang belum seperti itu, kesejahteraan karyawan tidak beranjak naik. Info terkahir dari paman saya sendiri seorang pensiunan pegawai teknik di sana, menerima uang pensiunan perbulanya tidak lebih dari 300 ribu :( . Asal pembaca tahu, produk Perkebunan Teh Malabar memiliki qualitas export, teh hitam yang terkenal di pasar luar negeri seperti Inggris dan Jepang, tentunya tidak murah. dan sampai sekarang belum pernah penulis menemukan produk Perkebunan teh Malabar di pasaran lokal.

De poort van theeonderneming Malabar (1943)

Pintu gerbang menunju pabrik teh Perkebunan Malabar, nampak ciri khas bangunan tradisional Sunda yang sampai sekarang keberadaannya masih terpelihara di kampung Malabar Pangalengan.

Het wegen van de thee-oogst na de ochtendpluk, Malabar (1930)

Kegiatan penimbangan (wegen) pemetik teh (thee-oogst) pada pemetikan teh pagi hari (ochtendpluk). sebelum teh tersebut dibawa ke pabrik untuk diolah.

Verzending van thee vóór de invoering der vrachtauto’s, thee-onderneming Malabar

Kurang lebih artinya “Pengiriman teh untuk dimasukan kedalam kendaraan angkut (mobil barang). Tidak jelas kendaraan apa yang dimaskud, kemungkinan teh tersebut dianggkut menggunakan kereta kuda ke Stasiun Banjaran, kemuadian dari sana dianggkut ke Bandung atau Jakarta menggunakan kereta api.

Theefabriek Tanara, Pengalengan (voor/before 1943)

Sebuah pabrik pengolahan teh antara Malabar dan Cibolang, bila anda berniat menuju kolam pemandian air panas Cibolang, anda akan melewati pabrik ini, ditempat inilah kakek bekerja sebagai staff, dan 3 orang anaknya yang menjadi pegawai teknik. Rekrutmen pegawai di perkebunan masih bersifat turun temurun.

Tanara- en Malabar theetuinen, hoogvlakte van Pengalengan (1949)

Administrateurswoning van de theeonderneming Malabar, Pengalengan (1952)

Rumah kediaman adminstratur Perkebunan Teh Malabar, tempat tinggal K.A.R Bossca pada saat menglola perkebunan. Tampak background nya adalah Gunung Nini tempat sang juragan perkebunan mengamati seluruh kegiatan perkebunan. Dari Gunung tersebut akan terlihat jelas seluruh lanscape Pangalengan, tentunya bila tidak turun kabut :) . Pemeliharaan rumah ini (Wisma Malabar) sekarang dipegang oleh PTP Nusantara 8, sayang sering digunakan kegiatan yang tidak bermoral seperti Uka-uka dan unji nyali.


Tji Bolang Tanara, Assamthee-onderneming, Malabar (1927)

NAh Foto Yang Ini Tempat kelahiaran saya (waas ih :)), Cibolang merupakan sebuah perkampungan kecil di kaki Gunung Wayang Windu, salah satu andalan objek wisata di Pangalengan karena disana terdapat kolam pemandian air panas.






5 komentar:

Desita Hanafiah mengatakan...

Sebeleumnya salam kenal ya,,q juga nak pangalengan
wah...pangalengan Tempo dUlu emang bikin takjub,,
dapat foto dari mana??
Pangalengan dulu ma sekarang beda banget walau masih indah tapi gak seindah dulu..

Desita Hanafiah mengatakan...

Aslakum....LAm kenal Negh..
sebelumnya maaF tagh soPan aquh komen...setelah kubaca artikelmu,,hmmmmmfghh...satu kata : SERAGAM !!!
Artinya artikel tersebut hampir ada di setiap blog anak Pangalengan tentunya dengan bahasa yang sama ...persis...tanpa ada perubahan atau pun tambahan..sisi lain...bagus-bagus itu berarti menunjukan kecintaan kamu terhadap Pangalengan ...hidup Pangalengan!!!!!

Anonim mengatakan...

alooow...mugaw gk nyanka yuawh

ternyata bisa ketemu di internet.

Anonim mengatakan...

iccchhhh...mugaw!!!

jadi kangen tw gk, baca artikel kamu...


iraha atuh'na bisa kumpul dai jiga bhula....???

inget gk...!!!

Unknown mengatakan...

subhanallah,,,
baru tau saya ternyata tempat tinggal saya ,dulu kayak gini ya ????
cxcxcx
lucu
tapi sekarang mah tos benten pisan euy sareng baheula tempatna....